Belajar Tarian "Jaimasan"


#RumahKreasiPalar #jaimasan
Belajar Tarian "Jaimasan"

Karawang, Jawa Barat, 1976, H. Suanda mengkreasi jaipongan. Suanda beranjak dari kearifan tradisi yang berkembang, dari pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Melalui jaipongan, Suanda meramu gendang, ketuk, kecrek, gong, rebab, dan sinden (juru kawih). Jaipongan mendapat sambutan publik. Selanjutnya, Gugum Gumilar mengajak Suanda dan mengembangkan kreasi jaipongan di Bandung sebagai perlawanan terhadap kuatnya pengaruh dansa Ball Room dari Barat. Jaipongan yang berbasis pencak silat semakin berkembang dan menjadi ikon Jawa Barat.

Dari Yogyakarta, koreografer Didik Nini Thowok (Didik Hadiprayitno, SST) yang murid H. Suanda, mengembangkan jaipongan dengan merujuk tradisi tarian Banyumasan. Kreasi ini disebut dengan tarian "Jaimasan". Di Sanggar Tari Natya Lakshita, Padmi, warga Palar, belajar "Jaimasan" langsung dari Sang Koreografer Didik Nini Thowok di sanggarnya pada 1995.

Di Rumah Kreasi Palar, 2019, Padmi membelajarkan"Jaimasan" kepada anak-anak Palar untuk kelas seni tari. Walhasil, mari kita menyegarkan kembali khazanah kearifan dan menjaganya sebagaimana telah dilakukan Eyang Ranggawarsita. Salam Palar.

***
Pengkreasi tarian Jaimasan: Didik Nini Thowok
Pelatih tarian Jaimasan: Padmi
Peserta: Friska Anggrayni, Inka Nailan Sari, Anggita Ekawati, Vika Putriania, dll.
Relawan: Nevi May Risnawati dan tim

***
Produksi 
PALAR TV Indonesia
2019

Komentar